Renungan GKE

Senin, 25 November 2013

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI




Matius 10:16-33

Cerdik (wise= bijaksana) seperti ular dan tulus (innocence) seperti merpati… adalah peribahasa agar kita berhati- hati, dengan tenang dan bijaksana, namun tidak membahayakan. Polos, dan tulus di dalam bertindak ketika berhubungan dengan orang lain. Ayat ini tidak bermaksud agar kita meniru setan. Sebab ‘cerdik/ bijaksana seperti ular dan tulus seperti merpati’ (be wise as serpents and innocent as doves) merupakan sebuah peribahasa, yang mengacu kepada sifat- sifat positif yang dapat disimbolkan oleh kedua binatang tersebut. Kedua sifat ini harus menjadi satu, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Karena kalau kita hanya cerdik tapi tidak tulus itu namanya licik, dan kalau kita hanya tulus tapi tidak cerdik itu namanya kekonyolan!

Di jaman yang penuh dengan kepura-puraan ini, jika tidak pintar dan cerdik, maka kita akan mudah menjadi korban. Menjadi korban kepalsuan! Ya, menjadi korban intrik-intrik busuk berbagai bentuk penipuan, intimidasi, sumpah palsu dari berbagai macam janji gombal, hingga korban kekerasan. Tidak tanggung-tanggung, nyawa pun menjadi taruhan! Motif-motif busuk mengatasnamakan kebaikan, demi rakyat, demi negara, demi ini dan itu, bahkan malah mengatasnakan demi membela kebenaran agama dengan sangat mudah dijumpai. Seakan lebih gampang ditemui daripada pisang goreng. Sedangkan yang benar-benar baik, tulus, dan setia? Oh, mungkin Anda harus mengarungi tujuh samudera terlebih dahulu untuk menemukannya. Karena hal demikian rupanya sudah semakin menjadi barang langka!

Yesus sendiri mengatakan: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala…” Di dalam keadaan seperti ini apa yang seharusnya kita lakukan? Selanjutnya Yesus menegaskan: “….. sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (ay. 16). Saudara, pernahkah kita berpikir, kenapa Yesus memberikan semacam jalan keluar yang begitu unik dan terkesan gampang, tak seimbang? Bukankah yang kita hadapi adalah kawanan serigala ganas yang tak kenal ampun dan tak pernah berbelas kasihan?

Kenapa harus seperti ular? Kenapa harus bersikap seperti merpati? Bukankah yang lebih rasional itu menyamar seperti serigala supaya aman? Atau menjadi serigala sekalian biar seimbang? Apa sih keistimewaan ular atau merpati jika dibandingkan dengan serigala? Bukankah ular itu sering berkonotasi negativ? Bukankah ular melambangkan sifat pengkhianat, jahat, pemberontak, penipu, sombong = semua sifat yang dimiliki Setan? Oh, saudara….. tunggu dulu. Perlu difahami secara cermat! Perhatikan dan baca berulang-ulang kata “MENJADI CERDIK” seperti ular. Bukan “MENJADI LICIK” seperti ular. Jadi ada batasannya. Bukan semua sifat ular yang harus kita tiru! Kita diminta untuk “cerdik” seperti ular!

Bagaimana sih bentuknya kecerdikan ular yang dimaksud hingga mampu mengalahkan serigala? Nah, ini! Ular memiliki satu kemampuan yang sangat menonjol, yaitu dia CERDIK. Dan kecerdikan ular adalah yang paling top dari kecerdikan segala binatang yang lain. Dalam Kejadian 3:1 dikatakan: “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah.” Ular mampu berganti kulit secara periodik, hal ini memungkinkannya untuk melepaskan diri dari parasit-parasit yang menempel pada kulitnya. Karena kemampuan renewal inilah, ia dijadikan lambang kesehatan. Disamping itu ular memiliki kemampuan untuk mendeteksi mangsa dengan penglihatan infra merah. Juga mendeteksi keberadaan mangsa dengan indra penciuman. Oh, sungguh-sungguh luar biasa. Kewaspadaan tiada tara. Tahu persis titik-titik bahaya, juga tau peluang toh sesulit apa pun situasinya!

Oh,ya… mumpung tidak lupa memberitahukan. Ada satu lagi keistimewaan ular. Apa itu? Ular adalah binatang yang tidak mudah untuk dijebak. Cerdik seperti ular artinya tidak mudah terbujuk sama halnya seperti ular, sehingga tidak mudah untuk terjebak. Oh, luar biasa! Kemampuan yang tak dimilik oleh serigala! Dan yang tidak kalah penting, ular punya keistimewaan khusus lainnya, karena ketika ia tidak dapat melarikan diri dari jebakan musuhnya, setidak- tidaknya ia mempertahankan kepalanya bebas dari kesakitan, sementara merelakan sisa tubuhnya menderita. Oleh karena itu, para murid Kristus, yang mempunyai Kristus sebagai kepala mereka, harus mempertahankan iman mereka, meskipun kehilangan apapun yang lain.

Bagaimana dengan Anda dan saya? Apakah rela bertahan demi iman kepada Yesus atau sebaliknya? Atau rela menukarkan Yesus separoh harga demi sang pujaan hati walau tak seiman? Atau rela menukarkan Yesus dengan yang lain demi keamanan? Demi kemudahan atau jabatan? Soren Kierkegaard mengatakan: ” Let us win our battle, but remember that not every battle is worth fighting for”. Untuk memenangkan pertarungan melawan apapun, kita harus bertarung dengan penuh semangat kebaikan, tapi kecerdikan dan kepintaran menjadi senjata utama kita mengalahkan musuh kejahatan.

Lalu tentang “Tulus seperti merpati”? Saudara, meskipun merpati adalah salah satu keluarga burung (avian family), ia tidak seperti burung-burung lainya, ia tidak memiliki sumber kepahitan didalam dirinya. Karena merpati tidak memiliki empedu. Akar kepahitan pun tidak ada, sebab ia tidak membiarkan benih-benih kepahitan masuk dalam dirinya. Ketulusan menandakan hati murni, tidak ada kepahitan sedikit pun dalam hidupnya. Karenanya, hanya manusia-manusia bertive burung merpatilah yang tidak pernah ingkar janji, selalu setia kepada pasangannya. Karenanya tidak berlebihan bila burung menjadi lambang Roh Kudus. Hanya manusia-manusia tipe burung merpatilah dapat menjadi pemimpin yang ideal...

Menjadi murid dan pengikut Yesus tidak ubahnya seperti domba yang berada di tengah serigala. Sebagai pengikut Yesus, cepat atau lambat iman kita pasti akan menghadapi pengujian. Ujian itu seringkali mewarnai perjalanan hidup kita dengan berbagai bentuk. Ujian itu bisa lewat godaan dunia yang membuat kita berkompromi dengan dosa. Atau bisa juga dengan memaksa kita untuk memilih tetap setia kepada Tuhan, tetapi dengan konsekuensi dikucilkan.

Bisa jadi, yang kita hadapi saat ini bukanlah "Serigala-serigala" yang tampak ganas serba menakutkan, tetapi tampak ramah dan menyenangkan. Ya, “Serigala-Serigala” yang tampaknya ramah di tengah tekanan di lingkungan, tekanan ekonomi, dan sebagainya, layaknya raja penyelamat pemberi tawaran menawan untuk korupsi, mencuri, nyatut, mengubah pembukuan, semata-mata demi adanya promosi, kenaikan gaji atau pangkat, atau memenuhi kebutuhan. Tanpa sadar dengan liciknya "serigala" akhirnya lalu menekan dan dengan mudahnya menggiring "domba" yang sukarela terbujuk.

Yesus tidak mengharapkan kita menjadi domba yang lemah, tetapi Ia katakan kamu harus cerdik seperti ular. Demikian pun Yesus tidak menganjurkan agar kita menjadi sama seperti serigala buas yang merusak dan menakutkan, tetapi Yesus mengatakan kamu harus tulus seperti merpati pembawa berkat dan damai sejahtera bagi kehidupan. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus memiliki hati dan motivasi yang murni. Untuk dapat menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini kita harus memiliki hikmat Allah. Seperti kata Tuhan Yesus, kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Anak Tuhan yang sejati seharusnya selalu waspada, sebab orang yang mempunyai kewaspadaan tinggi maka ia mempunyai kemampuan membedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Waspadalah seperti ular agar tidak mudah dikelabui oleh tipuan-tipuan dunia ini. Tuluslah seperti merpati supaya hati kita tetap lurus di hadapan Tuhan. Amin!



Pdt.Kristinus Unting, M.Div

Tidak ada komentar:

Posting Komentar